Sabtu, 29 Desember 2012

ISTIRAHAT DI JALAN DAKWAH

Islamedia - Teruntuk saya pribadi dan para pejuang dakwah: Jika diantara kita mungkin ada yang berpikir untuk istirahat dijalan dakwah yang kita lalui ini, mari kita sama-sama merenungi ayat ini:

“Dan infakkanlah (harta bendamu) dijalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan (diri sendiri) kedalam kebinasaan dengan tangan sendiri. Dan berbuat baiklah, karena sesugguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195)

Kamis, 27 Desember 2012

"KEKAYAAN ALAM YANG SUDAH DIRAMPOK"

 Anomali Negeri Indonesia
 Sungguh aneh Pemerintah Indonesia apa yang mereka dibanggakan tidak seharusnya dibanggakan oeh bangsa Indonesia. Inilah yang terlihat ketika Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sangat kegirangan saat Freport setuju menaikkan royalty dari hasil eksplorasi emas menjadi 4 %. Semua ini disampaikan perwakilan emerintah Pusat Dirjen Mineral dan Batu Bara, kementerian ESDM, Thamrin Sihite menegaskan renegoisasi kontrak karya yang dilakukan pemerintah dan PT Freeport Indonesia saat ini belum final, namun begitu telah mengalami kemajuan yang berarti.
 Dialah DELISA Asli, Korban Tsunami Yang Kisahnya Di-Film-Kan Dalam "Hafalan Shalat Delisa".
"DOSEN LIBERAL SOK PINTAR"

(JIL Yang Aneh...)

 Dosen: "Saya bingung. Banyak Umat Islam di seluruh dunia lebay. Kenapa harus protes dan demo besar-besaran cuma karena tentara amerika menginjak, meludahi dan mengencingi Al-Quran? Wong yang dibakar kan cuma kertas, cuma media tempat Quran ditulis saja kok. Yang Qurannya kan ada di Lauh Mahfuzh. Dasar ndeso. Saya kira banyak muslim yang mesti dicerdaskan."

Kamis, 20 Desember 2012

7 Keajaiban Menangis

IslamediaSiapa bilang menangis tak ada gunanya? Kelamaan menangis memang bisa bikin mata merah dan bengkak. Tapi jangan salah, menangis dan mengeluarkan air mata ternyata bisa jadi obat ajaib yang berguna bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Apa saja?
Dikutip dari Beliefnet, ini dia 7 keajaiban yang bisa Anda dapatkan setelah menangis dan berair mata :

Sabtu, 15 Desember 2012

Ikhlas itu...

Ikhlas itu…. Ketika nasehat, kritik dan bahkan fitnah , tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangat punah.

Jumat, 14 Desember 2012

NASIHAT DARI SEORANG ANAK

Saudara-Saudariku yg baik . . .
Seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya sejak dini yang baru duduk dikelas 5 SD untuk mengatur uang jajannya. Sang anak diberi uang Rp 60.000 perminggu (termasuk ongkos ojek). Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum anaknya masuk sekolah.

Sabtu, 24 November 2012

SAMPAIKAN SALAM UMMI PADA ABIMU

Islamedia - Siapa yang tak berderai air matanya setelah membaca tulisan ini?? Tulisan yang ditulis seorang ibu di Palestina.

--SAMPAIKAN SALAM UMMI PADA ABIMU-

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Ahmed putraku ...

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kegiatan Aneh Di Waktu Istirahat Sekolah

Islamedia - Lagi-lagi orang itu. Tiap jam istirahat pertama, pukul 09.30 WIB, orang itu selalu terlihat berjalan menuju musholla sekolah, kemudian melepas sepatunya di teras dan mengenakan bakiak lalu berjalan ke tempat air wudhu’. Hal yang ganjil. Karena hanya dia yang melakukan aktifitas itu sementara yang lain sibuk bermain basket di lapangan atau pergi ke kantin.

Selasa, 16 Oktober 2012

Bagan MYOB

Tugas Kelas XI Pemasaran
24 Oktober 2012
Kerjakan di kertas karton

Lawan Yang Seimbang Bagi Kediktatoran

Fir'aun itu serius membangun kejahatannya. Bukti keseriusannya adalah sebentuk kerjasamanya dengan elemen lainnya untuk keberlangsungan kejahatannya. Ada Haman, Qorun, Sahar dan Malak. Siapa mereka? Apa tugas mereka?

Minggu, 14 Oktober 2012

JIKA ALLAH TELAH MENCINTAI KITA

Sahabat, mari kita bayangkan, betapa amat sangatnya Allah akan mencintai kita ketika kita mampu menjadi orang-orang tegar yang menjalani hidup, mampu mengeluarkan sisi-sisi terbaiknya walau di saat sempit, mampu tetap terbang meninggi melebihi langit di angkasa meski raga masih tertahan di bumi, mampu untuk tetap berdiri setegar karang meskipun ia seringkali dihempas ombak. Bayangkan kawan, bayangkan, betapa Allah amat sangat sangat mencintai diri kita yang seperti itu, yang mempersembahkan seluruh kekuatan ini hanya untuk-Nya dan menghabiskan seluruh perjalanan hidupnya hanya untuk ketakwaan pada-Nya.

Kamis, 09 Agustus 2012

Tugas MP3A Kelas XI

Carilah artikel tentang Mengoprasikan Paket Program Pengolah Angka minimal 2 lembar folio, kumpul setelah masuk libur lebaran......

Tugas Mulok kelas XI

TUGAS KELAS XI SMKN 1 WAY TENONG

CARILAH ARTI ISTILAH-ISTILAH AKUN DI BAWAH INI...???
Kerjakan di buku Catatan....


TUGAS MAKA (kelas XII)

CATATLAH artikel di bawah ini !!!!

Kumpul setelah masuk liburan....

MENGENTRI BUKTI TRANSAKSI KE PROGRAM MYOB

Pembelian Kredit
1) Klik Command Centre Purchases – Enter Purchases
2) Ubah layout dan pilih jenis item. Dengan cara klik Layout –
pilih Item – klik OK

Kamis, 26 Juli 2012

NEGERI AJAIB ITU BERNAMA GAZA

Syamedia - Alhamdulillah, pada hari Sabtu 12 Mei 2012, dengan izin Allah SWT, kami delegasi Indonesia dari unsur ASPAC, KNRP, PKPU, Dewan Dakwah, ADARA dan SALIMAH (total 13 orang) berhasil memasuki Gaza. Kami tergabung dalam program syaddurrihal, yang merupakan himpunan delegasi-delegasi dari berbagai negara di seluruh dunia, dalam event : Amnial Basmah (senyum yang bermil-mil panjangnya). Dengan tujuan memasuki Gaza, dan menyuarakan kebebasan tanah palestina dan Al-Quds dari sana. Subhanallah.. 

Selasa, 24 Juli 2012

Sepotong Kisah tentang Tarbiyah

“Sungguh, hidayah itu akan datang kepada siapa saja yang dikehendakinya”
Aku tak mampu membahasakan lewat definisi tentang arti ‘tarbiyah’. Bagiku, tarbiyah merupakan bola besar yang akan terus menggelinding dan mendatangi siapa saja yang hendak ditujunya. Bola besar itulah yang akan menjadi penyejuk bagi yang mendapatinya. Namun, bola besar itu akan menjadi bara bila yang didatanginya tak mampu melihat keindahan yang dibawa dan dipancarkannya.

Sejarah, Keutamaan dan Tata Cara Shalat Tarawih

Sejarah, Keutamaan dan Tata Cara Shalat Tarawih

Sejarah Shalat Tarawih

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 8 raka’at lalu beliau berwitir. Pada malam berikutnya, kami pun berkumpul di masjid sambil berharap beliau akan keluar. Kami terus menantikan beliau di situ hingga datang waktu fajar. Kemudian kami menemui beliau dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menunggumu tadi malam, dengan harapan engkau akan shalat bersama kami.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya aku khawatir kalau akhirnya shalat tersebut menjadi wajib bagimu.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [2012] dalam kitab Shalatut Tarawih dan Muslim [761] dalam kitab Shalatul Musafirin. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa derajat hadits ini hasan).

Rabu, 18 Juli 2012

Marhaban Ya Ramadhan



Marhaban Ya Ramadhan....
Mohon Maaf Lahir dan Bathin atas kesalahan dan khilaf..

Jumat, 13 Juli 2012

Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan

Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan

Oleh: Mochamad Bugi

Kirim Print
1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Kamis, 12 Juli 2012

Miskin Tapi Berprestasi (Pesan Moral untuk Mahasiswa Baru 2012)

“…..Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya JALAN KELUAR. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. ………………” (QS. Ath Thalaaq : 2-3).

 Adik-adik mahasiswa baru,
 Sesungguhnya jika seseorang ditanya, apakah mau dilahirkan dalam keluarga mampu (kaya) atau miskin, sudah tentu jawabannya adalah, “saya mau dilahirkan dari keluarga kaya“, sehingga semuanya fasilitas sudah tersedia tidak perlu pusing memikirkan kebutuhan hidup apalagi biaya sekolah. Namun, Allah SWT Maha Adil, yang menciptakan langit dan bumi, malam dan siang, perempuan dan laki-laki, tua dan muda, tentunya yang kaya dan miskin, semuanya ada hikmahnya, dan semuanya merupakan tanda kebesaran Allah SWT bagi orang yang berakal.

Rabu, 30 Mei 2012

Shalawat atas Nabi SAW Oleh : ( Alm ) K.H. Rahmat 'Abdullah (Ketua Yayasan IQRO Bekasi)


Shalawat atas Nabi SAW ( Alm ) K.H. Rahmat 'Abdullah (Ketua Yayasan IQRO Bekasi)


Apa yang Tuan pikirkan tentang seorang laki-laki berperangai amat mulia, yang lahir dan dibesarkan di celah-celah kematian demi kematian orang-orang yang amat mengasihinya? Lahir dari rahim sejarah, ketika tak ada seorangpun mampu mengguratkan kepribadian selain kepribadiannya sendiri.
Ia produk ta'dib Rabbani (didikan Tuhan) yang menantang mentari dalam panasnya dan menggetarkan jutaan bibir dengan sebutan namanya, saat muaddzin mengumandangkan adzan.

Selasa, 29 Mei 2012

Ketika Soal SNMPTN Bertasbih

Ketika Soal SNMPTN Bertasbih

Kirim Print
Ilustrasi (dok. Undip).
dakwatuna.com – “Aku mau FKIP B Inggris.”
“Hah??” mereka terkejut.
“Iya.”, jawabku yakin.
“Bukannya, salah satu kakakmu juga ada yang di FKIP, masa’ jadi guru semua.”
“Hmm, Iya tapi aku pilih beda program studinya.”
“Ohh okelah, good luck ya.”
Sejak saat itu, seantero SMA (Lebayy, cuma sekelas kok :p) pada tau kalo aku maunya jadi guru bahasa Inggris, dan sejak saat itulah sebagian besar temanku memanggilku dengan sebutan “Miss”. Panggilan yang juga berupa doa mereka untukku.
***
Ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan untuk lulus di FKIP Unsri, usahaku dimulai dari jalur undangan, pilihanku satu-satunya FKIP Unsri Indralaya. Titik. Tapi kenyataannya setelah pengumuman jalur undangan, namaku tidak ada di kolom yang lulus, haduuuh sabarr. Mungkin yang lulus nilainya pada besar-besar semua. (Ya iyalah, masa’ kecil-kecil).
Setelah itu, kukuatkan tekad, aku harus lulus dan aku pasti bisa. FKIP Unsri dengan Passing grade 2,46 (saat itu) pasti bisa kutaklukkan, pokoknya sudah niat pengen jadi guru, sebuah pekerjaan yang mulia serta cocok dengan kodrat sebagai wanita, pikirku waktu itu.
Sayangnya, karena ada sesuatu dan lain hal, aku tidak bisa ikut intensif bimbel seperti teman-temanku yang lainnya. Pada saat mereka berbicara tentang try out (TO) sana-sini, Konsul setiap abis sekolah, aku hanya bisa diam. Untung Kata-kata seorang mbak menguatkanku, “I am What I Think” artinya “Aku adalah apa yang kupikirkan”.
Ya, jika pada saat itu, aku pikir bahwa dengan tidak ikut bimbel aku tidak lulus, maka pasti aku tidak lulus, namun aku berpikir semua sudah ada yang mengatur, Allah sudah mengatur Ajal, jodoh dan rezeki kita, bukankah bisa lulus di perguruan tinggi negeri itu juga merupakan rezeki, maka aku merasa jikalau aku sudah ditakdirkan untuk kuliah di Universitas Sriwijaya, bagaimanapun caranya pasti aku akan kuliah di sana. Begitupun sebaliknya, jika aku tidak ditakdirkan untuk kuliah di universitas Sriwijaya, bagaimanapun caranya seberapa giat aku belajar, pasti aku tidak akan lulus di sana.
Banyak kenyataannya orang-orang yang dalam akademiknya mengagumkan, namun tidak bisa lulus di perguruan tinggi negeri. Semua rahasia Allah.
Yang paling aku ingat ketika H-10 ujian SNMPTN, saat itu aku berujar,
“Pulang ini aku mau transfer uang pendaftaran SNMPTN, biar bisa mulai belajarnya dengan tenang.”
Salah seorang berkata kepadaku seperti ini,
“Ya ampuun, H-10 baru mau belajar, harusnya sudah dari dulu-dulu.”
Dia melihatku sambil menggeleng. “Ckckck”.
Aku sungguh berterima kasih ada seseorang yang berkata seperti ini padaku, kata-katanya memang sakit, tapi kalimat itu kujadikan cambukan untukku.
Pada saat itu hatiku berkata, “Lihatlah kawan, nanti akan aku tunjukkan.”
***
Setelah berusaha belajar dalam sepuluh hari menjelang SNMPTN, tentu aku tidak asal belajar, kususun materi-materi yang harus dipelajari terlebih dahulu setelah itu aku membuat jadwal waktu untuk belajar agar teratur.
Selama itu pula aku terus berdoa pada Allah, agar dimudahkan ujiannya, salah satu doa yang selalu aku panjatkan dalam hatiku adalah doa yang kudapat dari salah seorang Mbak’. Begini doanya:
“Ya Allah, apapun hasilnya nanti, jika itu baik untukku dan untuk agamaku, akan aku terima. Dan semoga aku bisa ikhlas untuk menjalankannya. Aamiin.”
Hari H tiba, aku bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan semuanya, Sebelum melangkahkan kaki keluar rumah aku meminta padaNya,
“Allah, lancarkanlah semuanya.”
Sampai di sana aku tak menemukan satu pun teman yang satu kelas denganku. Karena memang mayoritas temanku memilih paket IPA atau IPC, hanya aku yang memilih paket IPS, (Ngapain anak IPA milih paket IPS?) yaa, karena memang tujuan aku fokus cuma satu, yaitu FKIP B Inggris. Titik.
Soal pun dibagikan. Hatiku ketar-ketir, takut kalau tidak bisa jawab. Sebelum menjawab soal, terlebih dahulu diarahkan untuk mengisi pilihan jurusan yang ingin dimasuki di LJK. Saat itu aku bingung, tersedia dua kolom, pilihan pertama dan pilihan kedua.
Kalau pilihan pertama FKIP bahasa Inggris, pilihan kedua harus lebih rendah passing grade-nya. Aku berpikir, gimana kalau diubah saja, FKIP b. inggris itu pilihan kedua terus Akuntansi jadi pilihan pertama. Toh, ga mungkin aku masuk di Akuntansi, secara dari temen-temen SMA-ku saja udah banyak dan ga kehitung yang pilih masuk Akuntansi UNSRI.
“Bismillah.”, Aku lalu menjawab apa yang aku bisa dan mengosongkan apa yang aku tidak bisa.
Dan Alhamdulillah aku lulus, Tapi saudara-saudara, tahukah Anda? Aku tidak lulus FKIP B Inggris tapi aku lulus Akuntansi!
Waduuh, ga nyangka bener, jujur aku kecewa tapi keinget doa ini,
“Ya Allah, apapun hasilnya nanti, jika itu baik untukku dan untuk agamaku, akan aku terima.
Dan semoga aku bisa ikhlas untuk menjalankannya. Aamiin.”
Yap, ini yang terbaik. Ternyata memang ini yang terbaik.
Jikalau saat itu, aku tidak ambil pilihan ini, aku tidak mungkin bisa mendapatkan suasana seperti di tempatku kuliah sekarang, Fakultas Ekonomi tercinta, dengan teman-teman yang baik, juga lingkungan yang nyaman untukku.
“Kadang kala, apa yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata Allah, dan apa yang menurut kita buruk, belum tentu buruk di mata Allah, langkah terbaik adalah serahkan semuanya pada Allah.”
Udah Siap? :)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/20802/ketika-soal-snmptn-bertasbih/#ixzz1wKJlUTdt

Selasa, 07 Februari 2012

AKU TAK RELA KAU KENAKAN JILBAB TIPIS ITU.....

Islamedia - Hari berbilang berganti bulan, bulanpun berbilang berganti tahun, masih ingatkah kau saudariku 12 tahun yang lalu saat kita masih berseragam putih abu-abu..?

Bersama kita susuri lorong-lorong sekolah dengan segenap semangat, senyum terkembang penuh simpati pada setiap orang…

Sapaan salam senantiasa terurai, jibab tebal lebar terkibar, dan sesekali kita senantiasa merapikan saat angin bersegera menerpa tubuh kita, takut tersingkap lekuk tubuh yang memang sedikit Nampak karena seragam mengharuskan berikat pinggang.

Cukup dinding-dinding kelas dan mushola menjadi saksi keteguhan kita dalam mempejuangkan jilbab syar’ie bahkan ketika peraturan saat itu siswa perempuan harus menampakkan telinga dalam foto ijazahnya…

Tak mudah bagi kita memperjuangkannya saat itu, banyak jam pelajaran terbuang hanya gara-gara diinterogasi pihak sekolah karena tindakan “ngeyel” kita, bergantian dipanggil wakil kepala dan kepala sekolah. Padahal ujian akhir makin dekat

Takjarang kita berjalan dari ujung kelas keujung kelas yang lain, bahkan dengan berurai air mata sekedar menyatukan dan meyakinkan para jilbaber untuk setia dengan jilbab menutup kepala saat berfoto. Meskipun oranglain banyak berbicara miring tentang kita, kita tetap dalam tujuan semula tetap teguh dalam prinsip.

Dua belas tahun bukan waktu yang sebentar memang, sekarang kita memang tidak bersama tapi aku yakin prinsip kita yang sama itu masih ada. Dan aku sangat yakin itu, aku sangat mengenal sosokmu..

Kita jarang bertemu, taklagi satu halaqoh dalam menuntut ilmu. Entah mengapa sekarang aku jarang melihat jilbab tebal nan lebar itu. Sehingga tak ada lagi beda antara dirimu dengan jilbaber gaul itu. Aku hanya bisa menerka sekiranya bertemu dan bisa bertegur sapa. Tak berhak sedikitpun aku mengatur visi misi hidup dirimu. Namun takbisa membohongi diri ini, ada rasa sedih dan iba apakah gerangan yang telah terjadi dengan saudari seimanku yang dulu pernah duduk satu lingkaran untuk mengkaji ilmu?.

Mungkin engkau akan berargumentasi toh jilbabku bukan nilaiku..!. Duhai ukhti yang aku cintai karena Allah, yang masih saja aku doakan dalam setiap doa rabithahku. Kembali dalam kemuliaan nilai-nilai Islam itu pasti lebih utama dan menenangkan, takusahlah risau karena takbiasa dimata manusia, bukankah kita berharap menjadi luar biasa di Mata Allah dengan amalan terbaik kita?
Entahlah dunia memang makin berubah dan aku tak tahu apa yang telah mengubah pandanganmu itu, mungkin tuntutan profesi, mungkin tuntutan mode, tuntutan ekonomi, atau tuntutan suami?

Padahal telah jelas dan gamblang bagaimana ketentuan jilbab syar’ie itu, Allah sendiri yang berfirman dalam QS Al Ahzab :59 “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin:’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. ‘yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  Dan juga dalam QS An Nuur 31 …”Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,..”

Perintah Allah itu jelas dan takpernah berubah karena Al Quran itu sesuai dengan perkembangan zaman, meski zaman banyak berubah karena teknologi yang begitu pesat, namun bukan berarti kemudian Al Qur an mengikuti zaman, tetapi zamanlah yang mengikuti Al Quran.

Perintah Allah begitu jelas tak perlu ditawar agar muslimah itu menutupkan kain kudung ke dada, dan tentunya arti dada disini tidak serta merta hanya bagian dada tetapi area selingkaran dengan dada yaitu punggung lengan dan juga dibawahnya, karena perbuatan demikian lebih menutup aurat dan menjaga kemuliaan.

Lantas dengan jilbab yang tipis itu, aku juga semakin takmengerti alas an apalagi, apakah karena dipasaran sudah takada lagi yang menjual kain tebal yang lebih menutup aurat, atau takut dikatakan jilbaber tapi tidak inoveishion , atau lagi-lagi masih saja menggunakan dalil cuaca di bumi makin panas, dan takut kegerahan dengan jilbab yang tebal. Padahal jika dinalar rumah yang kecil dengan rumah yang besar tentu akan terasa panas ketika kita berada dalam rumah yang kecil bukan?. Ketika kita berjilbab masih merasa gerah mungkin ada yang tidak beres dengan model jilbab kita, seperti model rumah tadi. Mungkin terlalu ketat, atau ada ikatan-ikatan yang memang seharusnya takperlu kita pasang sehingga malah membuat gerah.

Tak ada yang salah dengan syari’at Islam, kalaupun kita belum menemukan kebahagiaan dan ketentraman sebagai ummat muslim, mungkin kita belum sampai dalam ilmunya. Dan seharusnyalah kita menuntut ilmu Islam itu lebih keras lagi. Karena kita tahu Islam itu syammil mutakamil, Islam itu sempurna dan menyeluruh. Seluruh aturan hidup itu ada dalam Islam. Karena itu kita harus bahagia dan bangga sebagai ummat Islam. Bentuk kebanggaan kita salah satunya adalah tidak malu menampakkan identitas kita sebagai muslimah. Tidak malu atau setengah-setengah dalam mengimani perintah dan mengenakan  jilbab syar’ie.

Muslimah harus cerdas, begitu juga dalam mengikuti perkembangan mode harus bisa mensiasati dan pandai memilah saat membeli pakaian pun dalam berbisnis pakaian muslimah. Saudariku bukankah telah sampai kepada kita kajian tentang syarat-syarat jilbab syar’ie :
1.                  Menutup seluruh badan selain bagian yang dikecualikan(muka dan telapak tangan)
2.                  Tidak dijadikan perhiasan
3.                  Jilbab itu harus tebal tidak tipis
4.                  Jilbab harus longgar, tidak ketat
5.                  Tidak dibubuhi parfum atau minyak wangi
6.                  Tidak menyerupai pakaian laki-laki
7.                  Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir
8.                  Tidak berupa pakaian Syuhrah(sensasi) baik itu terlalu mewah karena mahal ataupun terlalu murahan yang dipakai untuk menunjukkan sikap zuhud dan dilakukan atas dasar riya’

Tentu engkau masih ingat saudariku yang aku cintai karena Allah, sebuah hadits yang meriwayatkan “Pada akhir ummatku nanti akan muncul para wanita yang berpakaian namun hakikatnya telanjang. Diatas kepala mereka terdapat sesuatu seperti punuk unta. Laknatlah mereka! Sesungguhnya mereka wanita-wanita terlaknat. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium aromanya, padahal aroma syurga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian (HR Thabrani, dalam al-Mu’jamus Shaghiir(hlm.232), dari hadits ibnu ‘Amr, dengan sanad shahih). Dan juga kisah shahbiyyah bersegera memenuhi perintah Allah tentang berpakaian yang sesuai syari’at. Yaitu seperti wanita-wanita Anshar yang bersegera merobek gorden rumah mereka untuk dijadikan jilbab ketika ayat tentang hijab turun sehingga dikisahkan wanita-wanita Anshar keluar dan seakan-akan di atas kepala mereka bertengger burung gagak hitam karena pakaian yang mereka kenakan.

Saudariku masih ada lagi kisah yang menakjubkan dari kalangan shahabiyyah yang seharusnya kita jadikan teladan. Yaitu riwayat dari Ummu ‘Alqamah bin Abu ‘Alqamah, ia berkata : “Aku melihat Hafshah binti ‘Abdurrahman bin Abu Bakar menemui ‘Aisyah. Ketika itu, Hafshah sedang memakai khimar berbahan tipis sehingga keningnya terlihat. ‘Aisyah lantas merobek khimar itu, seraya berkata : “tahukah kamu apa yang Allah turunkan dalam surat An Nuur? Kemudian, ‘Aisyah minta diambilkan khimar (yang tebal), lalu ia memakaikannya kepada Hafshah.(Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (VIII/46), Ibnu Hibban mencantumkannya dalam ats Tsiqaat(V/466)).

Saudariku aku beraharp  keprihatinan hati ini cukup sampai disini dan takkan aku temui lagi keadaan yang membuat diri ini miris dan sedih. Saudariku memang seharusnyalah kita malu kepada Allah, banyak nikmat yang Dia beri kepada kita. Nikmat sehat, tubuh yang lengkap, dan segala kesempurnaan fisik sebagai perempuan, serta banyak nikmat lain yang takkkan pernah habis bila kita menghitungnya. Namun kita sering malas bahkan mengulur waktu dan terus mencari alas an untuk tidak menjalankan perintahNya. Bukankah bentuk dari kesyukuran adalah ibadah dan menjalankan aturan Islam dengan paripurna?. Mungkin kita akan mengatakan toh kita ini berproses? Namun proses harus mempunyai target yang jelas, karena kita tidak tahu sampai kapan jatah hidup kita di dunia.

Saudariku, tentu kita takut ketika rasa malu dalam diiri kita dicabut karena apa dalam hadits dikatakn :"Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seseorang, maka dicabutnya rasa malu dari orang itu. Bila sifat malu sudah dicabut darinya, maka ia akan mendapatinya dibenci orang, malah dianjurkan orang benci padanya. Jika ia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah dicabut darinya, kamu akan mendapatinya sebagai seorang pengkhianat. Jika telah menjadi pengkhianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya, maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika ia telah menjadi orang terkutuk maka lepaslah tali Islam darinya." (HR Ibnu Majah).

Istiqomah memang tak mudah apalagi tanpa didukung oleh lingkungan, teman-teman dan orang-orang terdekat dari kita. Namun bukan hal yang mustahil bagi kita untuk mengupayakan itu semua. Dengan upaya terus memupuk keimanan kita, senantiasa menuntut ilmu, dan bergaul dengan orang shalih dan shalihah. Yang tak kalah penting adalah Berdoa pada Allah semoga kita senantiasa tetap komitmen dalam jilbab yang syar’ie.
Wallahu A’lam bishawwab

*semoga ini bagian dalam mengamalkan QS Al ‘Ashr(1-3)
“Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Anindya Sugiyarto

Sabtu, 14 Januari 2012

Si Mata Elang.........

Islamedia -  dinding yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari, sudah larut tapi aku masih saja enggan untuk memejamkan mata. Aku memilih untuk merebahkan tubuhku, merenggangkan punggungku yang sudah terasa keram. Sekelebat wajah itu muncul, tidak asing, meski tidak pula terlalu familiar untukku. Beberapa kali pemilik sorot mata elang itu hadir menyambangi bunga tidurku. Aku menggeliat, tubuhku sudah tidak bisa diajak kompromi.

Diam. Hanya terasa hembusan angin yang memainkan anak rambutmu, dan juga ujung jilbabku mungkin. Kau bersandar pada sebuah batang pohon besar, menatap hamparan perkebunan teh yang menghijau. Keningku berkerut, untuk apa kau dan aku ada disini? Disaat pertanyaan itu menyembul-nyembul di benakku, kau menoleh. Kau berhasil merontokkan semua tanyaku, hingga kesadaranku pulih.

“Dianiiiiiiiiiiiiiiii! Bangun…. Jam berapa ini?!”
Aku mengucek-ngucek mataku, memperjelas sesosok wajah yang berteriak-teriak menciptakan efek tsunami di kamarku. Mei sudah berkacak pinggang, bersiap melempar wajahku dengan bantal besar. “Emang jam berapa, Mei?” tanyaku masih belum beranjak dari dari pelukan bantal dan guling di tempat tidurku.

“SEMBILAN!” Mei menunjuk-nunjuk jam tangannya, “Kamu mau tidur sampe jam berapaaaaa?”
“Aku gak ada agenda apa-apa hari ini.” Jawabku sambil merubah posisi dari berbaring menjadi duduk.

Mei menggeleng-gelengkan kepalanya, persis ibuku kala sedang marah-marah di rumah. “Tapi gak ngabisin waktu di tempat tidur kali, Mei? Setidaknya beres-beres kamar kek, nyuci cucian baju kamu yang numpuk itu, atau baca buku supaya lebih produktif!” tuh kan! Omelannya khas ibu-ibu banget.
Aku bergegas menuju meja kerjaku di pojok kamar, mengabaikan Mei yang tengah melotot menyaksikan aksiku. Kunyalakan netbook biru dongker kesayanganku tanpa meminta persetujuan Mei. Ia adalah sahabatku yang tinggal di sebelah kamarku, kami sudah setahun kost di tempat yang sama. Kebiasaan burukku yang jarang mengunci kamar menjadikan ia dengan mudah mengakses kamarku-sebenarnya ini kesengajaan dariku karena penyakit susah bangun tidur yang sudah kuidap sangatlah akut.

“Mei, kalau kita mimpiin seseorang tiga kali berturut-turut itu tandanya apa ya?” tanyaku sambil browsing sesuatu lewat mbah google.

“Kangen kali!” jawab Mei sebal, sambil mencomot persediaan cemilanku.
“Kalo kita gak kenal orang itu, masa kangen sih?”

Mei mulai menangkap gelagat anehku, “Hayooooooo mimpiin siapaaaaa?”
Aku memasang tampang innocent, “Bukan siapa-siapa.” padahal sorot mata itu masih membayangiku.

“Pasti mimpiin cowok yah? Semalem abis sholat istikharah bukan? Kalo iya, berarti itu jawabannya!” cecar Mei masih dengan sisa roti di mulutnya. “Heh, mimpiin siapa?” tanya Mei semakin penasaran.

Aku berusaha sekeras mungkin tidak merubah air wajahku, “Ye..orang lagi gak sholat, masa sholat istikharah? Bukan siapa-siapa, cuma iseng nanya aja.”
“Ah gak seru nih, ya udah aku mau keluar dulu bentar. Mau nitip gak?”
“Mauuuu…. nitip makan ya, nasi pake ikan pake sayur tumis pake tempe pake sambel, pakeeee…. jusnya sekalian!”

Mei memonyongkan bibirnya, aku tersenyum semanis mungkin. Fiuhh… alhamdulillah berhasil menghindar.

Aku mengetik sederet nama di kotak pencarian facebook, mencari account seseorang yang belakangan ini mengganggu tidurku; Alfian Saputra. Ya, aku memang tahu namanya, jurusannya, fakultasnya, pernah dalam satu moment juga kami bertemu. Tapi, sungguh hanya sebatas itu. Aku hanya mengenalnya sebatas nama dan wajah pemilik nama itu terus saja merangsek masuk di mimpi-mimpiku. Aku menopang dagu, membaca semua info tentangnya; sekolahnya dulu, kegiatannya, film kesukaan, musik kesukaan, asal daerah, foto-fotonya… ups! Kenapa sejauh itu? Ku dengar langkah kaki mendekat. Aku segera menutupnya, mengganti tampilan layar netbookku dengan jendela lain. Mia membuka pintu kamarku tepat ketika aku kembali seolah sibuk dengan mbah google.

“Nyari apa sih, Di? Dari tadi sibuk banget kayaknya?” Mia mengambil piring dan sendok di rak kecil berisi aneka peralatan makanku. Aku menggeleng dan segera menghampirinya, “Yuk makan… uda laper banget…”
“Mandi dulu sana!”
Aku merebut sekantung bungkusan nasi dari tangannya, “Nanti aja abis makan.”
“Jorok!”
Aku nyengir kuda setelah berhasil memasukkan satu sendok nasi ke mulutku.
***
Diam. Hanya terasa hembusan angin yang memainkan anak rambutmu, dan juga ujung jilbabku mungkin. Kau bersandar pada sebuah batang pohon besar, menatap hamparan perkebunan teh yang menghijau. Keningku berkerut, untuk apa kau dan aku ada disini? Disaat pertanyaan itu menyembul-nyembul di benakku, kau menoleh. Kau berhasil merontokkan semua tanyaku, hingga kesadaranku pulih.

Lagi. Aku langsung bangun dan duduk di sisi tempat tidurku yang tidak luas. Tepat ketika adzan Shubuh berkumandang, aku segera mengambil air wudhu. Mengerjakkan sholat qobliyah dan bergegas ruang tivi yang disulap menjadi mushola ketika waktu sholat tiba. Mei sudah menggelar sajadahnya, membaca ayat suci Al Qur’an sambil menunggu beberapa teman yang masih mengerjakan qobliyah subuh.

“Udah sholat?” tanya Mei ketika menyadari kehadiranku. Aku mengangguk. “Maaf gak bangunin, kirain masih gak sholat.” Ujarnya lagi sambil berdiri menyambut seruan iqomah untuk segera melaksanakan sholat. Aku mengangguk lagi, “Gak papa.” Jawabku datar. Lalu bersiap mempersiakan hati untuk bertemu Rabbku.

Seusai melaksanakan dua raka’at Shubuh, aku menunduk; mengadukan semua gundah yang kualami. Tentang skripsiku yang belum selesai-selesai, tentang ibuku yang bawel menanyakan kelulusanku juga pendamping hidupku, satu lagi tentang dia yang semalam datang lagi dengan mimpi yang sama.
***
“Mei, orang itu kayak pernah lihat deh..” ujarku sambil memasukkan minyak goreng ke dalam kresek hitam; bahan untuk baksos yang akan dilaksanakan sore hari nanti. Mataku terus mengawasinya; seseorang yang tak pernah absen dari mimpiku akhir-akhir ini.

“Mana? Oh.. itu.. Alfian anak tehnik, masa kamu gak kenal sih, Di? Perasaan kita pernah ketemu deh, pernah satu acara baksos begini juga bareng dia kan?”

“Oia? Aku lupa.” Aku berbohong, lalu kembali sibuk dengan kresek-kresek hitam berisi sembako.
“Di, itu Mbak Ais sama suaminya kan?” Mei menyikut lenganku, memintaku mengalihkan pandangan dari tumpukan sembako ke dua sejoli yang tengah turun dari motor. “Kayaknya sih iya.” Jawabku cuek.

“Kamu tahu gak, Di? Perjalanan mereka sampe nikah sekarang ini, lucu deh. Jodoh itu emang gak kemana ya?” ujar Mei sambil cekikikan, aku menyeringai, tidak berminat menaggapinya.

“Mereka itu awalnya gak kenal, padahal pernah satu kepanitiaan. Pada gak saling tahu, tapi waktu dijodohin sama orang kepercayaan masing-masing mereka kaget. Soalnya mereka ternyata gak asing sama wajah satu sama lain.”

“Yaiyalah, pasti sering ketemu di kampus.” Celetukku teringat kalau toh mereka juga satu kampus.
“Bukan,, selain itu ternyata mereka pernah saling mimpi.”
Aku terperanjat, “Mimpi?”
“Iya, Mbak Ais pernah mimpiin Bang Faris, begitupun sebaliknya.”
Tiba-tiba dadaku bergemuruh, ditambah sosok itu menghampiri kami secara tiba-tiba. “Mbak, sini saya bantu angkutin sembakonya.” Alfian Saputra, ditemani dua orang temannya tengah bersiap memindahkan sembako yang telah kami kemasi ke tempat antrian yang telah disediakan. Aku mengangguk dengan tatapan cemas; berharap Alfian tidak mengingat wajahku dalam mimpinya.
“Dianiiii! Ayo jangan bengong!” Mei mengembalikan kesadaranku, sekaligus mengingatkanku; Alfian mana tahu kalau kami pernah bertemu di mimpi? Toh yang bermimpi kan aku sendiri. Aku menepuk jidatku sendiri. Sakit!
***
Tuk. Tuk. Tuk. Aku memukul-mukul bolpoint ke tepian meja. Kadang tersenyum sendiri. Bukankah di dunia ini tidak ada yang kebetulan? Semuanya telah diatur olehNya, bahkan sehelai daun yang jatuh dari rantingnya, bahkan sehelai rambut yang luruh dari akarnya. Sejak wajah itu hadir dalam mimpiku, setiap gerik pemilik mata elang itu selalu dalam pengawasanku, kucari tahu segala tentangnya, ah inikah rasanya jatuh cinta?

Seperti pagi tadi, ketika aku memutuskan untuk membeli beberapa eksemplar buku untuk menambah koleksi bacaanku. Aku menemukan mata elang itu disana! Terduduk di sebuah kursi yang disediakan, khusyuk membaca sebuah buku tebal yang tak terdeteksi judulnya oleh jangkauan mataku yang berdiri jauh darinya. Lagi. Dia mempertemukanku dengannya kembali. Aku mencomot buku asal dari raknya, dan hey! Dari ratusan novel yang berjajar rapi di toko buku ini, aku justru mengambil novel dengan nama tokoh yang sama dengannya “Alfian”. Pertanda apa lagi ini? Apa ini pertanda kalau dia memang jodohku?

“Heh, dilarang senyum-senyum sendiri!” Mei mengagetkanku sekaligus membuyarkan lamunanku tentang kejadian tadi pagi yang kuputar ulang. Aku tersipu, tidak menanggapi tegurannya. “Kamu kenapa sih, Di? Makin hari makin aneh.”

“Aneh gimana? Biasa aja…” aku menghindar, benarkah aku aneh belakangan ini? Aku hanya tahu, dia sering hadir di mimpiku. Berkali-kali kami juga dipertemukan. Lantas aku semakin hanyut dalam prediksi ‘mungkin saja kami memang berjodoh kan?’ dengan segala pertanda yang aku kait-kaitkan; sekecil apapun kemungkinan itu.

“Ya aneh! Suka senyum-senyum sendiri, bengong aja kerjaannya, trusss…. Eits! Ngapain kamu buka account facebook Alfian?” Mei mendekatkan wajahnya ke layar netbookku. OMG! Aku lupa menutupnya tadi.

“Eh, gak ngapa-ngapain… cuma iseng aja…” aku tahu, wajahku pasti memerah saat mengucapkan kalimat pengelakan ini. Buktinya Mei malah semakin menatapku dengan tatapan menyelidik.

“Apa ada sesuatu yang aku gak tahu?”
Aku menggeleng keras. Tak mau Mei mengetahui isi hatiku.
Ia mengangguk persis burung kakak tua (yang ini benar-benat membual, aku belum melihat sosok hewan ini, tapi hanya itu yang ada di kepalaku sekarang).
“I see… pasti kamu udah denger kabar itu ya? Penasaran yah?”
Mataku menyipit tak mengerti.
“Iya, aku juga kaget waktu denger kabar itu. Kok bisa yah cowok seumuran dia berani gitu?”
Aku semakin tak mengerti arah pembicaraan Mei.
“Tapi istrinya emang cantik sih, anggun banget….”
Glekk. Aku menelan ludah. Pahit. Sepahit kenyataan yang baru saja kuhadapi.

“Akad nikahnya udah tiga bulan yang lalu, resepsinya baru diadain bulan depan. Emang gak banyak yang tahu sih tentang kabar pernikahannya itu, aku tahu juga dari si Nino, sepupuku yang ternyata sohib deketnya.”

Kepalaku tiba-tiba pening. Mimpi? Mata elang? Pertanda? Jodoh?!
“Pandangan adalah panah-panah syetan, sedang syetan itu tak menginginkan apapun dari manusia selain keburukan dan kebinasaan. Maka penjagaan kita terhadap pandangan mata menjadi satu kunci pokok menuju keselamatan.” Petuah Kak Melisa, seniorku yang dua pekan lalu mengisi acara keputrian di kampusku terngiang-ngiang.

Ah! Terang saja dia hadir di mimpi-mimpiku, bukankah sebelumnya kami pernah berpapasan dan aku terus terpesona dengan mata elangnya hingga setiap malam syetan membawakan sorot mata itu agar aku semakin terperosok akibat kelalaianku menjaga pandangan?

“Di, Diani? Kamu gak papa kan?”
Mimpi? Mata elang? Pertanda? Jodoh?!

“MEI…….HUAAAAAA…..” air mataku membanjir. Mei kalang kabut, bingung dengan apa yang terjadi padaku.
by Desti Adzkia
diBawahLangit, 16 Agustus 2011